Menyampaikan Pelajaran dengan Kisah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Menyampaikan Pelajaran dengan Kisah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mendidik Anak Tanpa Amarah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 22 Rabi’ul Awwal 1444 H / 18 Oktober 2022 M.
Menyampaikan Pelajaran dengan Kisah
Hari ini kita akan membahas tentang siasat dalam menyampaikan suatu yang penting dan perlu sementara itu tidak mudah untuk diterima. Maka salah satu caranya adalah dengan mengemas nasihat itu dalam sebuah kisah dan cerita.
Mengapa kita harus pandai bercerita di depan anak? Karena ini metode Qur’ani. Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing manusia salah satunya adalah dengan kisah-kisah. Apalagi kisah yang nyata, itu sangat berpengaruh pada jiwa dan memperkokoh ingatan anak. Selain itu juga akan menumbuhkan kesadaran berpikirnya. Ini adalah pelajaran yang mudah dicerna/dipahami. Apalagi jika diberi ilustrasi cerita.
dan menyampaikan pelajaran melalui kisah ini termasuk sarana pendidikan yang efektif dan memberikan pengaruh yang sangat kuat pada jiwa maka Allah menggunakan metode ini di dalam Al-Qur’an Allah mendidik dan mengajar kita mengarahkan kita melalui kisah-kisah baik itu kisah-kisah para nabi dan rasul maupun orang-orang shalih sebelum kita Allah mengatakan dalam surat hud ayat
Menyampaikan pelajaran melalui kisah ini termasuk sarana pendidikan yang efektif dan memberikan pengaruh yang sangat kuat pada jiwa. Maka Allah menggunakan metode ini di dalam Al-Qur’an. Allah mendidik, mengajar dan mengarahkan kita melalui kisah-kisah. Baik itu kisah-kisah para Nabi dan Rasul sebelum kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, itu adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud[11]: 120)
Sesuatu yang kita sampaikan melalui kisah, maka kisah itu akan menancap dalam hati. Kita akan ingat terus kisah itu, lebih mudah untuk dikenali oleh jiwa kita. Maka ini yang digunakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Bahkan ada satu kisah yang Allah ulang berkali-kali. Misalnya kisah Adam dan iblis, kisah Musa dan Firaun, kisah pertarungan antara keburukan dan kebaikan. Bahwasanya keburukan itu akan berakhir di neraka, sedangkan kebaikan akan berakhir dengan kebahagiaan dan tempat kembalinya adalah surga, dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian juga kisah-kisah yang disebutkan Nabi di dalam hadits. Di antaranya adalah kisah Juraij ahli ibadah, tiga orang yang terperangkap dalam gua, tiga orang yang Allah uji dengan sakit kemudian Allah berikan kesehatan sebagai ujian berikutnya yang lebih berat. Allah uji dengan miskin, kemudian Allah uji dengan yang lebih berat berupa kekayaan. Itu disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Lihat: Kisah Tiga Orang Bani Israil
Demikian juga pada sirah Nabi juga terdapat pelajaran yang sangat berharga. Demikian juga kisah-kisah sahabat dan orang-orang shalih sebelum kita. Ini semua kisah-kisah yang bisa kita petik pelajaran darinya. Terutama sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan pendidikan/pengarahan kepada sahabat-sahabat yang mulia. Terutama bagaimana Nabi memperlakukan dan mendidik anak-anak.
Seperti penuturan Anas bin Malik yang berkhidmat kepada Nabi lebih dari 10 tahun. Ada satu poin mengenai masalah orang tua yang suka mengumbar kritik kepada anaknya. Semua apa yang dilakukan anak dikomentari. Tapi ironinya orang tua ini anti kritik.
Kritik itu kalau kita sebutkan begitu saja maka identik dengan menyalahkannya. Kecuali ada imbuhan lain sehingga membuat dia menjadi sesuatu yang bermakna positif. Misalnya kita katakan “kritik membangun” sehingga konotasinya menjadi positif. Dan kebanyakan kritik itu justru menjatuhkan serta berdampak negatif kepada orang yang dikritik. Apalagi kritik tanpa solusi (sekedar menyalahkan begitu saja).
Apabila orang tua hanya bisa menyampaikan kritik, maka anak itu akan menjauh dari apa yang kita inginkan padanya dengan kritik itu. Maka coba lihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah sirah para Nabi dan Rasul.
Mungkin dari sebagian orang tua mengatakan bahwa anak perlu dikritik. Kalau tidak dikritik maka dia tidak tahu. Kita jawab bahwa berbeda menyampaikan ilmu dengan kritik. Adapun menyampaikan ilmu perlu sabar. Kalau kritik itu asal bunyi saja juga bisa.
Anas bin Malik bertahun-tahun melayani Nabi, beliau berkata: “Selama 10 tahun aku berkhidmat melayani Nabi, beliau tidak pernah berkata kepadaku tentang apa yang tidak aku lakukan: ‘Kenapa tidak kamu lakukan.’ Atau apa yang aku lakukan: ‘Kenapa kamu lakukan?`”
Itu yang dilakukan Nabi terhadap Anas Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau tidak banyak mengomentari apa yang dilakukan atau apa yang tidak dilakukan Anas. Dari situ kita tarik satu faedah bahwasanya Nabi tidak menyampaikan kritik, tapi Nabi menyampaikan ilmu dan bimbingan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52262-menyampaikan-pelajaran-dengan-kisah/